A. Pengertian kalimat efektif.
Kalimat efektif dipahami sebagai
kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami
oleh pembaca. Kalimat sangat penting dalam sebuah tulisan.
Kalimat yang baik mudah dipahami oleh pembaca.
Kalimat lengkap dan bukan fragmentaris.
Kalimat yang disusun hendaknya memiliki struktur kalimat bahasa
Indonesia yaitu S P O K/pel. Apabila struktur tersebut tidak
dipenuhi, maka kalimat yang disusun menjadi tidak lengkap strukturnya yang
disebut kalimat yang fragmentaris.
Contoh:
- ponco.
- ponco belajar.
- ponco belajar bahasa Indonesia.
- ponco belajar bahasa Indonesia dikampus.
B. Transformasi kalimat
Transformasi berasal dari bahasa inggris
transformation yaitu suatu proses mengubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk
lain. baik dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang
kompleks, maupun dari bentuk yang kompleks ke bentuk yang sederhana. Maka
tranformasi kalimat berupa perubahan bentuk kalimat menjadi bentuk kalimat
lain.
Jenis-jenis transformasi sebagai berikut:
- Transformasi jeda, yaitu dengan menggunakan jeda.
Jeda adalah perhentian sebentar.
Perhentian sebentar ini dalam kalimat dapat diwujudkan setelah
mengucapakan kata-kata yang ada di dalam kalimat.
Contoh:
a.
Ibu Ruminah seorang guru.
b.
Ibu, Ruminah seorang guru.
c.
Ibu Ruminah, seorang guru.
d.
Ibu, Ruminah, seorang guru.
Penempatan jeda mengakibatkan kalimat a) yang masih
meragukan menjadi kalimat b) c) dan d) yang memiliki maksud berbeda. Kalimat b) yang berprofesi
sebagai guru adalah Ruminah; kalimat c) yang berprofesi sebagai guru adalah Ibu
Ruminah; dan d) yang berprofesi sebagai guru adalah Ibu dan Ruminah. Tanda baca (,) yang merupakan perhentian sebentar memiliki makna
yang dalam.
Jadi dalam menulis harus
memperhatiakan tanda baca agar pemabaca dapat mememahami informasi yang
disampaikan. Informasi yang tidak bisa dipahami pembaca
mengakibatkan tulusan seorang penulis tidak komunikatif.
Kalimat minor atau minim juga dapat dijadikan menjadi
kalimat lain dengan transfornasi jeda.
Contoh:
a.
Aduh.
b.
Aduh!
c.
Aduh?1
d.
Aduh….?
e.
Aduh?
- Transformasi aposisi, yaitu dengan menggunakan kata tugas “yang”.
Perubahan bentuk kalimat antara dua komponen
menggunakan kata tugas “yang” (monovalen)
Contoh:
a.
Almari itu dipakai tempat baju.
b.
Almari itu dijual.
Bentuk transformasinnya:
a.
Almari yang dipakai tempat baju itu dijual.
b.
Almari yang dijual itu dipakai tempat baju.
Kalimat a)
transformasi primer sebab gagasan pertama menempati posisi depan (bagian depan/kontur
depan)
Sedangakan gagasan kedua menempati
posisi belakang. Pembentukan kalimat transformasi
aposisi ini menggunakan tiga gagasan yang berbeda dan dideskripsikan berurutan.
Transformasi aposisi ini
dimanfaatkan pada bentuk deskripsi. Karangan diskripsi
mengandalkan keahlian penulis dalam membuat bentuk-bentuk kalimat transformasi
aposisi.
Contoh kalimat:
a.
Pemuda ini sering mengantar aku sampai ke kos.
b.
Pemuda ini sering membiri ucapan selamt ulang tahun
kepadaku.
c.
Pemuda ini diwisuda Agustus 2005.
Diubah menjadi
kalimat transformasi aposisi:
Menjadi a+b+c; a+c+b; b+a+c; b+c+a;
c+b+a dan c+a+b.
Pengembangan penalaran penulis
tampak dalam kalimat yang disusun. Kelogisan eskripsi akan
menjadi bahan pertimbangan bagi seorang penulis.
- Transformasi setara, yaitu dengan menggunakan kata tugas “dan”.
Pentransformasian ini akan
menghasilkan kalimat majemuk setara/kalimat koordinat. Dua gagasan yang nilai
komunikasinya sama disatukan oleh kata “dan”.
Contoh:
a.
Hujan turun dan pohon tumbang.
b.
Ayah pergi dan ibu pulang.
Hal yang bisa disatukan tentu saja memenuhi syarat
nilai sama seperti kalimat diatas.
Contoh:
a.
Hujan turun dan sudah wisuda.
b.
Ibu menjahit dan teroris bergerak.
Ada kendala psikologis dalam penyusunan kalimat diatas, penulis nampak
memaksa gagasan yang berbeda disatukan dalam satu kalimat.
- Transformasi disjungtif, yaitu dengan menggunakan kata tugas atau/tetapi.
Penggunaan kata atau untuk
menghasilkan kesamaan dan penggunaan tetapi untuk menghasilkan ketidaksamaan.
Contoh:
a.
Ida makan, atau Ibu tidur.
b.
Ida makan, tetapi Ibu tidur.
c.
Saya berbicara keras, tetapi guru menerangkan.
d.
Saya berbicara keras, tetapi guru tidak menghiraukan.
- Transformasi opini, yaitu dengan menggunakan kata tugas “benar” atau “tidak benar”.
Opini merupakn
pandangan penulis. Transformasi opini merupakan
pandangan subjektif penulis. Nilai pendapat ditentukan
oleh kepandaian yang dimiliki penulis. Penulis yang
dipercaya tentu saja berimbas pada kepercayaan terhadap kalimat yang dibuat.
Pedapat yang
berorientasi kepada pengakuan menggunakan kata tugas benar dan opini yang
berorientasi kepada pengingkaran atau sanggahan menggunakan kata tugas tidak
benar.
Contoh:
a.
Benar, bahwa Ani mengikuti semester pendek ini.
b.
Tidak benar, rakyat belum makmur.
Opini sering di sajikan berdasarkan
pandangan seseorang terhadap hal yang terjadi di dalam kehidupan. Logika
atau penalaran yang menyertai penyusunan kalimat opini ini adalah kondisi psikologis penuis.
Kalimat ini bisa mendatangkan
perdebatan adu argument yang serius manakala digunakan dalam komunikasi.
Komunikasi tulis akan menimbulkan perang pena.
- Transformasi Total, yaitu dengan menggunakan bentuk afirmatif dan negasi.
Transformasi total atau dupik. Penulis
menampilakn bentuk afirmatif dan negasi dalam bentuk kalimat.
Contoh:
a.
Ayah pergi atau tidak pergi
dan saya harus ada di rumah.
b.
Sehat atau tidak sehat, saya harus mengikuti kuliah
ini.
c.
Penjudi atau bukan penjudi, tetapi mereka tetap
ditangkap.
Transformasi total ini juga berdsarkan transfomasi
disjungtif yang mempergunakan kata atau dan tetapi.
C. Kalimat Topik
Topik adalah pokok pembicara atau
pikiran. Topik ditentukan sebelum penulis mulai
kegiatannya. Wujud topik yang dibicarakan ada dua:
- Topik yang berupa bentuk kata; dan
Misal:
a.
terorisme (bentuk kata
berimbuhan): terror + isme.
b.
BBM (bentuk singkatan)
c.
Pilkada (bentuk akronim)
d.
Antikorupsi (bentuk berimbuhan)
e.
Tsunami (bentuk kata)
- Topik yang berupa bentuk kalimat.
Misal:
a.
Terorisme sebagai ancaman perdamaian dunia.
b.
Krisis BBM.
c.
Demokrasi rakyat tebentuk melalui pilkada.
d.
Kondisi sekolah pascatsunami.
e.
Dukungan moral terhadap gerakan antikorupsi.
Predikat kalimat topik adalah verba
tak operasional, artinya bukan kata kerja transitif. Kata
kerja transitif menghendaki kehadiran objek. Cara
menyusun kalimat topik yaitu dengan mengganti verba transitif dengan kata
tugas.
X
|
Predikat/verba
transitif
|
Y
|
Terorisme
|
Mengakibatkan
|
Perdamaian
dunia terancam
|
X
|
Di ganti kata
tugas
|
Y
|
Terorisme
|
Sebagai
Menjadi
Merupakan
|
Ancaman
perdamaian dunia
|
X
|
Memahami
|
Y
|
X
|
Bergembira
|
Y
|
X
|
Menjadi
|
Y
|
X
|
Mengerti
|
Y
|
X
|
Adalah
|
Y
|
X
|
Ialah
|
Y
|
X
|
Yaitu
|
Y
|
X
|
Yakni
|
Y
|
a.
Fungsi kalimat topik
Kalimat topik mempunyai fungsi sebagai berikut.
1)
Dapat dipakai sebagai judul karya tulis.
2)
Dapat dipakai sebagai kalimat utama dalam sebuah paragraf.
3)
Dapat dipaki dalam spanduk, leafled, poster, iklan, dan
sebagainya.
b.
Cara menyusun kalimat topik
1)
Penulisan karya dimulai dengan menentukan pokok pikiran.
2)
Pokok pikiran berupa nominal atau kalimat yang
dinominalkan.
3)
Pokok pikiran yang bernilai menyangkut kehidupan orang
banyak.
4)
Penulisan skripsi dapat berhubungan dengan pokok ilmu
pengetahuan, bisa berupa pikiran sebagai penemuan baru.
Hal-hal yang faktual dan aktual
selalu dipikirkan oleh masyarakat luas. Penulis dapat
mengangkat hal tersebut sebagai topik. Inspirasi
penulis kadang tidak disisihkan dan tidak dijadikan topik. Penulis kadang lebih mementingkan kebutuhan masyarakat luas.
Topik yang demikian dapat diterima oleh pembaca.
5)
Pokok pikiran tersebut diperluas dengan cara menambah satuan lingual yang dibutuhkan. Perluasan yang
dilakukan ini sebenarnya sebagai usaha ke arah pemfokusan pembicaraan.
Contoh:
a)
Koperasi merupakan kekuatan ekonomi ekonomi rakyat.
“X” +V instransitif +”Y”
b)
Minyak tanah sebagai kebutuhan pokok rumah tangga.
“X” +V intransitif +”Y”
Pokok pikiran yang bisa dikembangkan sebagai karya
tulis ilmiah dapat diberi contoh:
1
|
Ekploitasi
Anak dalam Siaran Televisi
|
12
|
Kekerasan
terhadap Anak
|
2
|
Pengaruh Buruk
Siaran Televisi
|
13
|
Perdagangan
Anak
|
3
|
Iklan di
Televisi Pemicu Kebutuhan Anak
|
14
|
Perlindungan
Hak Anak
|
4
|
Siaran
Televisi sebagai Candu
|
15
|
Penertiban
Tempat Hiburan
|
5
|
Siaran
Televisi
|
16
|
Terorisme
|
6
|
Eksploitasi
Anak dalam Iklan
|
17
|
Kekerasan
terhadap Anak
|
7
|
Pengaruh Buruk
Limah
|
18
|
Iklan di
Televisi Pemicu Kebutuhan Anak
|
8
|
Siaran
Televisi sebagai Hiburan Anak
|
19
|
Siaran
Televisi sebagai Hiburan Remaja
|
9
|
Eksploitasi
Anak dalam Perdagangan
|
20
|
Kekerasan
terhadap Anak
|
10
|
Pengaruh Buruk
Hand- phone
|
21
|
Iklan di
Televisi Pemicu Kebutuhan Keluarga
|
11
|
Siaran
Televisi sebagai Hiburan Masyarakat
|
22
|
Siaran
Televisi sebagai Hiburan Keluarga
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar