Kamis, 11 Juni 2015

Chord Five Minutes-Ksatria

Ada sebuah lagu baru dari Five Minutes di album ke-10 yang berjudul KSATRIA, namun belum semua kawan-kawan mengetahui Chord dari lagu tersebut. Disini saya akan berbagi Chord lagu ini yang saya kulik sendiri.

Bm F#m
Ku terlahir di iringi tangisan
G D A
Ku disambut sebuah senyuman
Bm F#m
Ditakdirkan menjalani satu peran
G D A
Tuk mencari kebahagiaan

(*)
G D
Terombang ambing di tengah lautan
E F#m
Hadapi semua getir kehidupan

REFF :
G D
Ku lawan ombak yang menerjang jiwaku
G Bm A
Ku terjang badai yang menghadang keras hidupku
G D
Ku daki gunung yang menghalangi aku
G Bm A D
Tuk tetap bertahan hidup didunia

Bm F#m
Ku berdiri bagaikan ksatria
G D A
Meski lelah raga ini untuk bertahan

BACK TO : (*), REFF


Semoga bermanfaat guuyyysssss............

Ragam Bahasa

A. Pengertian Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.


B. Macam-Macam Ragam Bahasa

Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan.

1. Ragam bahasa berdasarkan media

Ragam Lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak  menunjukan cir-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan,  ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri dari keduanya:


Ciri-ciri ragam lisan:
- Memerlukan orang kedua/teman bicara.
- Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
- Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
- Berlangsung cepat

b. Ragam Tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang diungkapkan nya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalomat. Oleh karrena itu, penggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk katadan struktur kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.


Ciri-ciri ragam tulis:
- Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
- Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
- Harus memperhatikan unsur gramatikal;
- Berlangsung lambat;
- Selalu memakai alat bantu;
- Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
- Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.


Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :

Tata Bahasa :
Ragam bahasa lisan

1) Nia sedang baca surat kabar.
2) Ari mau nulis surat.
3) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.

Ragam bahasa tulisan.
1)  Nia sedang membaca surat kabar.
2)   Ari mau menulis surat.
3)   Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.

Kosa kata :

a.  Ragam bahasa lisan
1)  Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2)  Kita harus bikin karya tulis.
3)  Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak

b.  Ragam bahasa tulisan
1)  Rindi mengatakan bahwa kita harus belajar.
2)  Kita harus membuat karya tulis.
3)  Rasanya masih telalu sulit bagi saya, Pak.

2.  Ragam bahasa berdasarkan cara pandang penutur
a.  ragam dialek
b.  ragam terpelajar
c.  ragam resmi
d.  ragam tak resmi.

Contoh:
Ragam dialek      : “Gue udah nonton itu film ”
Ragam terpelajar   : “Saya sudah menonton film itu”
Ragam resmi      : “Saya sudah menonton film itu”
Ragam tak resmi   : “Saya sudah nonton film itu”

C. Ragam Baku dan Tidak Baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku. 





Sifat-Sifat Ragam Baku :
1.Mantap   : Sesuai dengan kaidah bahasa. 
2.Dinamis  : Tidak statis, tidak kaku. 
3.Cendikia  : Ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi, digunakan orang-orang yang terpelajar karena dikembangkan melalui pendidikan formal (sekolah).  
4.Seragam  : Pada hakikatnya proses pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman bahasa.

D.  Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan

Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya.

Ragam baku Lisan; ukuran dan nilainya bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Dikatakan baku bila dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.

Contoh Ragam Baku Lisan :
1. Gak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya luka.
2. Semalem ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor.
3. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.
4. Pak Guru pagi ini menyuruh kami ngumpulin tugas yang    kemarin.
5. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini          disebabkan oleh rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam sungai.

Contoh Ragam Baku Tulisan :
1. Maul tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya  terluka.
2. Kemarin sore, ada berita tentang kecelakaan mobil yang menabrak    motor.
3. Adik sedang menggambar pemandangan alam di sekolah.
4. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas yang  diberikan kemarin.
5. Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan itu disebabkan    rusaknya jalan.
6. Pria itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke laut.

Data Penelitian

Berdasarkan karakteristiknya, data penelitian diklasifikasi ke dalam berbagai macam seperti tipe penelitiannya, sumbernya, subjeknya, formatnya, kegunaannya dan lain-lain. Jenis data penelitian subjek fisika berbeda dengan jenis data subjek biologi, jenis data ekonomi berbeda pula dengan jenis data antropologi, paleontologi, kedokteran dan sebagainya. Berikut ini beberapa contoh jenis-jenis data penelitian:

A. Berdasarkan Tipe Penelitian

a.     Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dapat diinput ke dalam skala pengukuran statistik. Fakta dan fenomena dalam data ini tidak dinyatakan dalam bahasa alami, melainkan dalam numerik.

b.     Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dapat mencakup hampir semua data non-numerik. Data ini dapat menggunakan kata-kata untuk menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati.


B. Berdasarkan Sumber

a.     Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau dirinya sendiri. Ini adalah data yang belum pernah dikumpulkan sebelumnya, baik dengan cara tertentu atau pada periode waktu tertentu.

b.     Data Sekunder
Data seunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, bukan peneliti itu sendiri. Data ini biasanya berasal dari penelitian lain yang dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi seperti BPS dan lain-lain.


C. Berdasarkan Cara Memperoleh

a.     Data Observasional
Data observasi adalah data yang ditangkap. Data ini sekali jadi atau tidak bisa diulang, diciptakan atau diganti.

b.     Data Wawancara
Data wawancara adalah data yang diperoleh melalui tanya-jawab antara peneliti dan narasumber.

c.     Data Eksperimental
Data eksperimental adalah data yang dikumpulkan dalam kondisi terkendali atau berbasis laboratorium dan harus bisa direproduksi.

d.     Data Simulasi
Data simulasi adalah data hasil dari penggunaan model dan metadata di mana input lebih penting daripada output. Contoh: model iklim, model ekonomi, model kosmologi dan lain-lain.

e.     Data Referensi atau Kanonik
Data Referensi atau kanonik adalah data statis atau koleksi organik. Contoh: menggunakan data urutan gen yang sudah tersedia, struktur kimia, data sensus dan lain-lain.

f.      Data Derivasi atau Kompilasi
Data derivasi atau kompilasi adalah data reproduksi. Contoh: kompilasi database yang sudah ada untuk membangun struktur 3D.



D. Berdasarkan Format Berkas

a.     Data Kuantitatif
Contoh : SPSS, SAS, Microsoft Ecel, XML dan lain-lain.
b.     Data Kualitatif
Contoh : Microsoft Word, Rich Text Format, HTML dan lain-lain.
c.     Data Geospatial
Contoh : ESRI Shapefile, Geo-referenced TIFF, CAD data, Tabular GIS attribute data, MapInfo Interchange Format, dan lain-lain.
d.     Data Digital Image
Contoh : TIFF, JPEG, Adobe Portable Document Format (PDF) dan lain-lain.
e.     Data Digital Audio
Contoh : Free Lossless Audio Codec, Waveform Audio Format, MPEG-1 Audio Layer, Audio Interchange File Format dan lain-lain.
f.      Data Digital Video
Contoh : MPEG-4 High Profile, Motion JPEG 2000, GIF dan lain-lain.

E. Berdasarkan Subjek Kedokteran

a.     Data Diagnosis
Contoh : subklasifikasi penyakit atau histologi, sitogenetika, penanda molekuler dan lain-lain.

b.    Data Demografi
Contoh : sosial ekonomi informasi, jenis kelamin, usia, ras/etnis dan lain-lain.


            Selain data, variabel juga dibutuhkan dalam menyusun sebuah penelitian. Variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Selanjutnya saya akan membahas tentang pengertian serta jenis-jenis variabel. Ada banyak variabel yang dilekatkan berdasarkan perbedaan karakteristik atau ciri-ciri yang terkandung di dalamnya. Desain penelitian korelasional atau eksperimental mengenal lima jenis variabel yaitu : 

a.     Variabel Independent dan Dependent
Variabel bebas atau independent kadang-kadang disebut variabel prediktor, treatment, stimulus, penyebab, input dan lain-lain adalah variabel yang dimanipulasi untuk mengamati efeknya terhadap variabel tergantung.

b.    Variabel terikat atau dependent
Variabel akibat atau output adalah variabel yang diukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas.

c.     Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel mediasi mengacu pada proses abstrak yang tidak secara langsung diamati tetapi memiliki link di antara variabel independent dan dependent. Variabel ini dianggap sebagai variabel yang dapat menjelaskan keterkaitan variabel bebas dan terikat tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan, mungkin karena tidak diperhitungkan, tidak dapat diindentifikasi atau tidak dapat diukur. Pada titik ini variabel intervening adalah konsep abstrak yaitu argumen hipotetik yang diusulkan seorang peneliti setelah penelitian selesai dilakukan berupa saran untuk agenda penelitian mendatang.

d.     Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel mediasi yang sudah diidentifikasi, diukur dan dipertanggungjawabkan mempengaruhi keterkaitan variabel independent dan dependent. Kedudukan variabel moderating adalah memoderasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Dengan demikian variabel moderating memberi efek memperlemah pengaruh.

e.     Variabel Control
Variabel control adalah variabel yang menyebabkan hubungan variabel bebas dan tergantung tetap konstan. Variabel ini mengeliminasi dampak yang diakibatkan dari adanya variabel-variabel moderating.

f.      Variabel Asing (Extraneous)
Variabel extraneous atau variabel asing adalah faktor-faktor dalam lingkungan penelitian yang mungkin memiliki efek terhadap variabel dependent, tetapi tidak diketahui keberadaanya. Variabel asing sangat berbahaya karena dapat merusak validitas sebuah penelitian. Jika memang tidak dapat dikendalikan, variabel asing harus setidaknya dipertimbangkan ketika menafsirkan hasil.

Sumber : http://www.academia.edu/3160247/Metodologi_penelitian

Hipotesis Penelitian

Pada postingan sebelumnya saya telah membahas tentang metode penelitian dimana itu merupakan langkah awal penentuan dalam melakukan penelitian suatu masalah, ole karena itu postingan kali ini akan memabahas tentang Hipotesis penelitian.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar, bertitik tolak pada pertanyaan yang disusun dalam bentuk masalah penelitian. Untuk menjawab pertanyaan itu, disusun suatu jawaban sementara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian empiris, tetapi pernyataan itu masih bersifat dugaaan dan pada tahap ini kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis kita. Oleh karena itu, sebelum mencari jawaban secara  faktual, terlebih dahulu kita mencoba menjawab secara teoritis.
DEFINISI HIPOTESIS
Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis = pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Hipotesis disebut juga sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian.
Hipotesis merupakan jawaban atas masalah secara teoritis atau jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya melalui faktafakta. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan suatu analisa statistik
Hipotesis merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.
Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis

FUNGSI HIPOTESIS
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan penelitian. Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1.     Untuk menguji teori,
2.     Mendorong munculnya teori,
3.     Menerangkan fenomena sosial,
4.     Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5.     Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Agar fungsi tersebut dapat berjalan secara efektif, maka ada faktor-faktor yang harus diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu;
  • Hipotesis disusun dalam kalimay deklaratif, yaitu kalimat tersebut bersifat positif dan tidak normatif
  • Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur
  • Hipotesis menunjukan hubungan antara variabel-variabel.

JENIS HIPOTESIS
Dalam penelitian, hipotesis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang disusun dalam bentuk pernyataan atau proposisi. Hipotesis ini muncul sebagai produk dari kerangka pemikiran yang telah disusun oleh peneliti. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini biasanya dimunculkan setelah peneliti menguraikan kerangka pemikiran.
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat dalam bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1), serta biasanya diikuti dengan simbol-simbol statistik. Misalnya, peneliti ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel, simbol statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak mengkaji hubungan antarvariabel adalah rho (ρ). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa hipotesis statistik merupakan terjemahan operasional dari hipotesis penelitian, agar hipotesis penelitian ini bisa diuji kebenarannya.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum

1.     Penentuan masalah

Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah

2.     Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).

Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan. 

3.     Pengumpulan fakta.
           
            Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.

4.     Formulasi hipotesa.
           
            Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.

      5.     Pengujian hipotesa

Mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.

      6.     Aplikasi/penerapan.

Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.


Sumber : Wikipedia.com