Pada postingan sebelumnya saya telah membahas
tentang metode penelitian dimana itu merupakan langkah
awal penentuan dalam melakukan penelitian suatu masalah, ole karena itu postingan kali ini akan
memabahas tentang Hipotesis penelitian.
Penelitian bertujuan
untuk mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar, bertitik tolak pada pertanyaan yang disusun dalam bentuk
masalah penelitian. Untuk menjawab
pertanyaan itu, disusun suatu jawaban
sementara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian empiris, tetapi pernyataan itu masih bersifat
dugaaan dan pada tahap ini
kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis kita. Oleh karena itu, sebelum mencari
jawaban secara faktual,
terlebih dahulu kita mencoba menjawab
secara teoritis.
DEFINISI HIPOTESIS
Hipotesis berasal
dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis
= pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan
ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar,
teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari
hipotesa ini sering juga disebut
dengan hipotesis, tidak ada perbedaan
makna di dalamnya.
Hipotesis
disebut juga sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah
pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.
Proposisi inilah yang
akan membentuk
proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian.
Hipotesis
merupakan jawaban atas masalah secara
teoritis atau jawaban sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya melalui fakta – fakta. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan suatu analisa statistik
Hipotesis merupakan suatu jenis proposisi
yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah
dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih
variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.
Hipotesis ini, diturunkan,
atau bersumber dari teori dan
tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan
diteliti. Pernyataan hubungan antara
variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah
yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan
menghasilkan hipotesis yang
tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari
dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut,
peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar
teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan
hipotesis dapat diamati dan diukur
dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam
bentuk yang nyata yang dapat diamati dan
diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi
tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam
bentuk proposisi yang dapat diamati atau
dapat diukur. Proposisi
yang dapat diukur atau diamati adalah
proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis
FUNGSI
HIPOTESIS
Penggunaan
hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan
penelitian. Fungsi
penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1.
Untuk menguji teori,
2.
Mendorong munculnya teori,
3.
Menerangkan fenomena sosial,
4.
Sebagai pedoman untuk mengarahkan
penelitian,
5.
Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Agar fungsi tersebut dapat berjalan
secara efektif, maka ada faktor-faktor
yang harus diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu;
- Hipotesis disusun dalam kalimay deklaratif, yaitu kalimat tersebut bersifat positif dan tidak normatif
- Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur
- Hipotesis menunjukan hubungan antara variabel-variabel.
JENIS HIPOTESIS
Dalam penelitian, hipotesis dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah
hipotesis yang disusun dalam bentuk pernyataan atau proposisi. Hipotesis ini
muncul sebagai produk dari kerangka pemikiran yang telah disusun oleh peneliti.
Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini biasanya dimunculkan setelah peneliti
menguraikan kerangka pemikiran.
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat dalam
bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1), serta biasanya diikuti
dengan simbol-simbol statistik. Misalnya, peneliti ingin mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua variabel, simbol statistik yang sesuai dengan
tujuan penelitian yang hendak mengkaji hubungan antarvariabel adalah rho (ρ). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa
hipotesis statistik merupakan terjemahan operasional dari hipotesis penelitian,
agar hipotesis penelitian ini bisa diuji kebenarannya.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
1. Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa
yang terlihat tidak atau tidak dapat
diterangkan berdasarkan hukum atau teori
atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan
yang tepat. Dalam
proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis pendahuluan
atau hipotesis preliminer (preliminary
hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara
yang menjadi pangkal bertolak dari semua
kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah.
Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan
masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran
ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih
fakta.
4. Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa
dapat melalui ilham atau intuisi,
dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh
dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat
olehnya bahwa semua benda pasti
jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian hipotesa
Mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut
verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesa terbukti
cocok dengan fakta maka disebut
konfirmasi. Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan
fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan
hipotesa. Bilamana usaha
itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat
diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu
harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar