Ada sebuah lagu baru dari Five Minutes di album ke-10 yang berjudul KSATRIA, namun belum semua kawan-kawan mengetahui Chord dari lagu tersebut. Disini saya akan berbagi Chord lagu ini yang saya kulik sendiri.
Bm F#m
Ku terlahir di iringi tangisan
G D A
Ku disambut sebuah senyuman
Bm F#m
Ditakdirkan menjalani satu peran
G D A
Tuk mencari kebahagiaan
(*)
G D
Terombang ambing di tengah lautan
E F#m
Hadapi semua getir kehidupan
REFF :
G D
Ku lawan ombak yang menerjang jiwaku
G Bm A
Ku terjang badai yang menghadang keras hidupku
G D
Ku daki gunung yang menghalangi aku
G Bm A D
Tuk tetap bertahan hidup didunia
Bm F#m
Ku berdiri bagaikan ksatria
G D A
Meski lelah raga ini untuk bertahan
BACK TO : (*), REFF
Semoga bermanfaat guuyyysssss............
Kamis, 11 Juni 2015
Ragam Bahasa
A. Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
B. Macam-Macam Ragam Bahasa
Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan.
1. Ragam bahasa berdasarkan media
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukan cir-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri dari keduanya:
Ciri-ciri ragam lisan:
- Memerlukan orang kedua/teman bicara.
- Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
- Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
- Berlangsung cepat
b. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang diungkapkan nya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalomat. Oleh karrena itu, penggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk katadan struktur kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis:
- Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
- Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
- Harus memperhatikan unsur gramatikal;
- Berlangsung lambat;
- Selalu memakai alat bantu;
- Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
- Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
Tata Bahasa :
Ragam bahasa lisan
1) Nia sedang baca surat kabar.
2) Ari mau nulis surat.
3) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
Ragam bahasa tulisan.
1) Nia sedang membaca surat kabar.
2) Ari mau menulis surat.
3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Kosa kata :
a. Ragam bahasa lisan
1) Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2) Kita harus bikin karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam bahasa tulisan
1) Rindi mengatakan bahwa kita harus belajar.
2) Kita harus membuat karya tulis.
3) Rasanya masih telalu sulit bagi saya, Pak.
2. Ragam bahasa berdasarkan cara pandang penutur
a. ragam dialek
b. ragam terpelajar
c. ragam resmi
d. ragam tak resmi.
Contoh:
Ragam dialek : “Gue udah nonton itu film ”
Ragam terpelajar : “Saya sudah menonton film itu”
Ragam resmi : “Saya sudah menonton film itu”
Ragam tak resmi : “Saya sudah nonton film itu”
C. Ragam Baku dan Tidak Baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Sifat-Sifat Ragam Baku :
1.Mantap : Sesuai dengan kaidah bahasa.
2.Dinamis : Tidak statis, tidak kaku.
3.Cendikia : Ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi, digunakan orang-orang yang terpelajar karena dikembangkan melalui pendidikan formal (sekolah).
4.Seragam : Pada hakikatnya proses pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman bahasa.
D. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya.
Ragam baku Lisan; ukuran dan nilainya bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Dikatakan baku bila dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
Contoh Ragam Baku Lisan :
1. Gak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya luka.
2. Semalem ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor.
3. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.
4. Pak Guru pagi ini menyuruh kami ngumpulin tugas yang kemarin.
5. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini disebabkan oleh rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam sungai.
Contoh Ragam Baku Tulisan :
1. Maul tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya terluka.
2. Kemarin sore, ada berita tentang kecelakaan mobil yang menabrak motor.
3. Adik sedang menggambar pemandangan alam di sekolah.
4. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas yang diberikan kemarin.
5. Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan itu disebabkan rusaknya jalan.
6. Pria itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke laut.
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
B. Macam-Macam Ragam Bahasa
Yaitu bisa dibagi 3 berdasarkan media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan.
1. Ragam bahasa berdasarkan media
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan kalimat dan unsur-unsur didalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicara menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicara lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicara lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa dituliskan, ragam bahasa itu tidak bisa disebut ragam bahasa tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukan cir-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dengan tulisan, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing adapun ciri dari keduanya:
Ciri-ciri ragam lisan:
- Memerlukan orang kedua/teman bicara.
- Tergantung kondisi, ruang, dan waktu.
- Tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
- Berlangsung cepat
b. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulisan makna kalimat yang diungkapkan nya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalomat. Oleh karrena itu, penggunaan ragam baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk katadan struktur kalimat, serta kelengkapaan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ciri-ciri ragam tulis:
- Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
- Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
- Harus memperhatikan unsur gramatikal;
- Berlangsung lambat;
- Selalu memakai alat bantu;
- Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
- Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Perbedaan antara ragam lisan dan tulisan (berdasarkan tata bahasa dan kosa kata) :
Tata Bahasa :
Ragam bahasa lisan
1) Nia sedang baca surat kabar.
2) Ari mau nulis surat.
3) Tapi kau tak boleh menolak lamaran itu.
Ragam bahasa tulisan.
1) Nia sedang membaca surat kabar.
2) Ari mau menulis surat.
3) Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
Kosa kata :
a. Ragam bahasa lisan
1) Ariani bilang kalau kita harus belajar.
2) Kita harus bikin karya tulis.
3) Rasanya masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam bahasa tulisan
1) Rindi mengatakan bahwa kita harus belajar.
2) Kita harus membuat karya tulis.
3) Rasanya masih telalu sulit bagi saya, Pak.
2. Ragam bahasa berdasarkan cara pandang penutur
a. ragam dialek
b. ragam terpelajar
c. ragam resmi
d. ragam tak resmi.
Contoh:
Ragam dialek : “Gue udah nonton itu film ”
Ragam terpelajar : “Saya sudah menonton film itu”
Ragam resmi : “Saya sudah menonton film itu”
Ragam tak resmi : “Saya sudah nonton film itu”
C. Ragam Baku dan Tidak Baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Sifat-Sifat Ragam Baku :
1.Mantap : Sesuai dengan kaidah bahasa.
2.Dinamis : Tidak statis, tidak kaku.
3.Cendikia : Ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi, digunakan orang-orang yang terpelajar karena dikembangkan melalui pendidikan formal (sekolah).
4.Seragam : Pada hakikatnya proses pembakuan bahasa adalah proses penyeragaman bahasa.
D. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya.
Ragam baku Lisan; ukuran dan nilainya bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan. Dikatakan baku bila dalam pembicaraannya tidak terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
Contoh Ragam Baku Lisan :
1. Gak sengaja Ardi nginjak pecahan gelas,hingga kakinya luka.
2. Semalem ada berita tentang kecelakaan mobil nabrak motor.
3. Adik lagi ngegambar pemandangan alam di desa.
4. Pak Guru pagi ini menyuruh kami ngumpulin tugas yang kemarin.
5. Dalam sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan di ruas jalan ini disebabkan oleh rusaknya jalan.
6. Wanita itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke dalam sungai.
Contoh Ragam Baku Tulisan :
1. Maul tidak sengaja menginjak pecahan gelas sehingga kakinya terluka.
2. Kemarin sore, ada berita tentang kecelakaan mobil yang menabrak motor.
3. Adik sedang menggambar pemandangan alam di sekolah.
4. Pagi ini pak guru menyuruh kami untuk mengumpulkan tugas yang diberikan kemarin.
5. Sepekan ini, terjadi banyak kecelakaan diruas jalan itu disebabkan rusaknya jalan.
6. Pria itu melepaskan cincinnya dan membuangnya ke laut.
Data Penelitian
Berdasarkan karakteristiknya, data penelitian
diklasifikasi ke dalam berbagai macam seperti tipe
penelitiannya, sumbernya, subjeknya, formatnya, kegunaannya dan lain-lain. Jenis
data penelitian subjek fisika berbeda dengan jenis data subjek biologi, jenis data ekonomi berbeda pula dengan jenis data antropologi, paleontologi, kedokteran dan sebagainya. Berikut ini beberapa
contoh jenis-jenis data penelitian:
A. Berdasarkan Tipe Penelitian
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang dapat diinput ke
dalam skala pengukuran statistik. Fakta
dan fenomena dalam data ini tidak dinyatakan dalam bahasa alami,
melainkan dalam numerik.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang dapat mencakup hampir semua data non-numerik. Data ini dapat menggunakan kata-kata untuk menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati.
B. Berdasarkan Sumber
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri
atau dirinya sendiri. Ini adalah data yang belum pernah dikumpulkan
sebelumnya, baik dengan cara
tertentu atau pada periode waktu
tertentu.
b. Data Sekunder
Data seunder adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, bukan peneliti itu sendiri. Data ini biasanya berasal
dari penelitian lain yang dilakukan oleh lembaga-lembaga atau organisasi seperti BPS dan lain-lain.
C. Berdasarkan Cara Memperoleh
a. Data Observasional
Data observasi adalah data yang ditangkap. Data ini sekali
jadi atau tidak bisa diulang,
diciptakan atau diganti.
b. Data Wawancara
Data wawancara adalah data yang diperoleh melalui tanya-jawab antara peneliti dan narasumber.
c. Data Eksperimental
Data eksperimental adalah data yang dikumpulkan dalam kondisi terkendali atau berbasis laboratorium
dan harus bisa direproduksi.
d. Data Simulasi
Data simulasi adalah data hasil dari penggunaan model dan metadata di mana input lebih penting daripada
output. Contoh: model iklim,
model ekonomi, model kosmologi
dan lain-lain.
e. Data Referensi atau Kanonik
Data Referensi atau kanonik adalah data statis atau koleksi
organik. Contoh: menggunakan data urutan gen yang sudah tersedia, struktur kimia, data sensus dan lain-lain.
f. Data Derivasi atau Kompilasi
Data derivasi atau kompilasi
adalah data reproduksi. Contoh: kompilasi
database yang sudah ada untuk membangun struktur 3D.
D. Berdasarkan Format Berkas
a. Data Kuantitatif
Contoh : SPSS, SAS, Microsoft Ecel, XML dan lain-lain.
b. Data Kualitatif
Contoh : Microsoft Word, Rich Text Format, HTML dan
lain-lain.
c. Data Geospatial
Contoh : ESRI Shapefile, Geo-referenced TIFF, CAD data,
Tabular GIS attribute data, MapInfo Interchange Format, dan
lain-lain.
d. Data Digital
Image
Contoh : TIFF, JPEG, Adobe Portable Document Format (PDF) dan
lain-lain.
e. Data Digital
Audio
Contoh : Free Lossless Audio Codec, Waveform Audio Format, MPEG-1 Audio Layer,
Audio Interchange File Format dan lain-lain.
f. Data Digital
Video
Contoh : MPEG-4 High Profile, Motion JPEG 2000, GIF dan
lain-lain.
E. Berdasarkan Subjek Kedokteran
a. Data Diagnosis
Contoh : subklasifikasi penyakit
atau histologi, sitogenetika, penanda molekuler dan lain-lain.
b. Data Demografi
Contoh : sosial ekonomi
informasi, jenis kelamin, usia, ras/etnis dan
lain-lain.
Selain data, variabel
juga dibutuhkan dalam menyusun sebuah penelitian. Variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau
berubah sehingga mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian.
Selanjutnya saya akan membahas
tentang pengertian serta jenis-jenis variabel. Ada banyak
variabel yang dilekatkan berdasarkan perbedaan karakteristik atau ciri-ciri yang terkandung di dalamnya. Desain penelitian korelasional atau eksperimental mengenal lima jenis variabel yaitu :
a. Variabel Independent dan
Dependent
Variabel
bebas atau independent kadang-kadang disebut variabel prediktor, treatment,
stimulus, penyebab, input dan
lain-lain adalah variabel
yang dimanipulasi untuk mengamati efeknya terhadap variabel tergantung.
b.
Variabel terikat atau dependent
Variabel akibat
atau output adalah variabel yang diukur untuk mengetahui pengaruh dari variabel
bebas.
c.
Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel mediasi mengacu pada proses abstrak yang tidak secara langsung
diamati tetapi memiliki link di antara variabel independent dan
dependent. Variabel ini dianggap sebagai variabel yang dapat menjelaskan keterkaitan variabel bebas dan terikat
tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan, mungkin karena tidak diperhitungkan, tidak dapat diindentifikasi
atau tidak dapat diukur. Pada titik ini variabel
intervening adalah konsep abstrak yaitu argumen
hipotetik yang diusulkan seorang peneliti setelah penelitian selesai dilakukan berupa saran untuk agenda penelitian mendatang.
d.
Variabel Moderating
Variabel
moderating adalah variabel mediasi yang sudah diidentifikasi, diukur dan dipertanggungjawabkan mempengaruhi keterkaitan variabel independent dan
dependent.
Kedudukan variabel moderating adalah memoderasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Dengan demikian variabel
moderating memberi efek memperlemah pengaruh.
e. Variabel Control
Variabel control adalah variabel yang menyebabkan hubungan variabel bebas dan tergantung tetap konstan. Variabel ini mengeliminasi dampak yang diakibatkan dari adanya variabel-variabel
moderating.
f. Variabel Asing
(Extraneous)
Variabel
extraneous atau variabel asing adalah faktor-faktor
dalam lingkungan penelitian yang mungkin memiliki efek terhadap
variabel dependent, tetapi tidak diketahui keberadaanya. Variabel asing sangat berbahaya karena dapat merusak validitas
sebuah penelitian. Jika memang tidak dapat
dikendalikan, variabel asing harus setidaknya
dipertimbangkan ketika menafsirkan hasil.
Sumber : http://www.academia.edu/3160247/Metodologi_penelitian
Hipotesis Penelitian
Pada postingan sebelumnya saya telah membahas
tentang metode penelitian dimana itu merupakan langkah
awal penentuan dalam melakukan penelitian suatu masalah, ole karena itu postingan kali ini akan
memabahas tentang Hipotesis penelitian.
Penelitian bertujuan
untuk mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar, bertitik tolak pada pertanyaan yang disusun dalam bentuk
masalah penelitian. Untuk menjawab
pertanyaan itu, disusun suatu jawaban
sementara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian empiris, tetapi pernyataan itu masih bersifat
dugaaan dan pada tahap ini
kita mengumpulkan data untuk menguji hipotesis kita. Oleh karena itu, sebelum mencari
jawaban secara faktual,
terlebih dahulu kita mencoba menjawab
secara teoritis.
DEFINISI HIPOTESIS
Hipotesis berasal
dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis
= pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan
ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar,
teliti, dan terarah. Dalam penggunaannya sehari-hari
hipotesa ini sering juga disebut
dengan hipotesis, tidak ada perbedaan
makna di dalamnya.
Hipotesis
disebut juga sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah
pernyataan atau proposisi yang mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu.
Proposisi inilah yang
akan membentuk
proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian.
Hipotesis
merupakan jawaban atas masalah secara
teoritis atau jawaban sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya melalui fakta – fakta. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan suatu analisa statistik
Hipotesis merupakan suatu jenis proposisi
yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah
dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih
variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis.
Hipotesis ini, diturunkan,
atau bersumber dari teori dan
tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan
diteliti. Pernyataan hubungan antara
variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah
yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan
menghasilkan hipotesis yang
tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari
dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut,
peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar
teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan
hipotesis dapat diamati dan diukur
dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam
bentuk yang nyata yang dapat diamati dan
diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi
tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam
bentuk proposisi yang dapat diamati atau
dapat diukur. Proposisi
yang dapat diukur atau diamati adalah
proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis
FUNGSI
HIPOTESIS
Penggunaan
hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan
penelitian. Fungsi
penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
1.
Untuk menguji teori,
2.
Mendorong munculnya teori,
3.
Menerangkan fenomena sosial,
4.
Sebagai pedoman untuk mengarahkan
penelitian,
5.
Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Agar fungsi tersebut dapat berjalan
secara efektif, maka ada faktor-faktor
yang harus diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu;
- Hipotesis disusun dalam kalimay deklaratif, yaitu kalimat tersebut bersifat positif dan tidak normatif
- Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur
- Hipotesis menunjukan hubungan antara variabel-variabel.
JENIS HIPOTESIS
Dalam penelitian, hipotesis dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah
hipotesis yang disusun dalam bentuk pernyataan atau proposisi. Hipotesis ini
muncul sebagai produk dari kerangka pemikiran yang telah disusun oleh peneliti.
Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini biasanya dimunculkan setelah peneliti
menguraikan kerangka pemikiran.
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat dalam
bentuk hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1), serta biasanya diikuti
dengan simbol-simbol statistik. Misalnya, peneliti ingin mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua variabel, simbol statistik yang sesuai dengan
tujuan penelitian yang hendak mengkaji hubungan antarvariabel adalah rho (ρ). Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa
hipotesis statistik merupakan terjemahan operasional dari hipotesis penelitian,
agar hipotesis penelitian ini bisa diuji kebenarannya.
Tahap-tahap pembentukan hipotesis secara umum
1. Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa
yang terlihat tidak atau tidak dapat
diterangkan berdasarkan hukum atau teori
atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan
yang tepat. Dalam
proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis pendahuluan
atau hipotesis preliminer (preliminary
hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara
yang menjadi pangkal bertolak dari semua
kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah.
Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan
masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran
ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih
fakta.
4. Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa
dapat melalui ilham atau intuisi,
dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh
dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat
olehnya bahwa semua benda pasti
jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian hipotesa
Mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut
verifikasi (pembenaran). Apabila hipotesa terbukti
cocok dengan fakta maka disebut
konfirmasi. Falsifikasi (penyalahan) terjadi jika usaha menemukan
fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan
hipotesa. Bilamana usaha
itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat
diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu
harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Langganan:
Postingan (Atom)