Sejarah Kebun Raya Bogor
Kebun
Raya Bogor didirikan pada tanggal 18 Mei 1817 oleh seorang botanis asal Jerman
yang bernama Prof.Dr.C.G.C. Reinwardt. Awal pendirian kebun raya yang luasnya
87 hektar ini untuk melakukan penelitian manfaat berbagai tumbuhan serta
koleksi tanaman yang bernilai ekonomi yang berasal dari kawasan Indonesia juga
dari mancanegara.
Dari
sekitar 50 jenis tumbuhan yang berhasil di introduksi di Kebun Raya Bogor.
Salah satu tanaman yang kini berkembang menjadi ekspor utama Indonesia yaitu
kelapa sawit atau Elaeis guineensis. Jenis tumbuhan asal Afrika Barat ini untuk
pertama kalinya didatangkan ke Indonesia dan ditanam di Kebun Raya Bogor pada
tahun 1848 kemudian menjadi induk bagi kelapa sawit yang tersebar diberbagai
pelosok perkebunan di Asia Tenggara.
Kebun
Raya Bogor sepanjang perjalanan sejarahnya mempunyai berbagai nama dan julukan,
seperti
- ’s Lands Plantentuin
- Syokubutzuer (zaman Pendudukan Jepang)
- Botanical Garden of Buitenzorg
- Botanical Garden of Indonesia
- Kebun Gede
- Kebun Jodoh
10
Tumbuhan/Tanaman di Kebun Raya Bogor
1. Maniltoa
sp (sapu tangan)
Pohon
Saputangan (Maniltoa grandiflora Scheff)
mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Kandungan kimia yang terdapat
pada pohon ini yaitu : daun buah dan kulit batangnya mengandung saponin, buah
dan kulit batangnya mengandung tanin sedang daunnya mengandung flavonoida dan
polifenol.Perbanyakannya melalui biji, stek batang, atau cangkok. Tinggi pohon
ini mencapai 10 meter lebih. Manfaat dan habitatnya secara umum adalah
digunakan sebagai tanaman peneduh jalan dan mengobati penyakit gangguan
pencernaan, dan habitatnya adalah pada daerah tropis.
2. Amherstia
Nobilis Wall
Kakancingan merupakan tanaman hias
pohon yang berumur tahunan. Nama ilmiahnya Amherstia nobilis Wall
yang diturunkan dari nama tuan Amherst. Pertumbuhannya cepat, tingginya
dapat mencapai 18 m. Daunnya tergolong daun majemuk bersirip genap.
Daun-daun mudanya menggantung,
3.
Koompassia
excels (Kempas)
Pohon
ini juga sering disebut sebagai Pohon Raya, karena memiliki banir yang sangat
besar. Ciri dari pohon kempas ini yaitu, tata daunnya alternate distichous
dengan komposisi daun majemuk menyirip ganda 1, memiliki buah legum , pohon
atau habitus yang tinggi besar dengan batang silindris membulat, memiliki akar
banir yang berbentuk pipih dan berliuk-liuk seperti ular, kulit kayunya licin
dan berkulit putih. Pohon yang mempunyai tinggi ± 50 meter ini berasal dari
Kalimantan dan merupakan pohon yang sangat dilindungi karena bermanfaat untuk
masyarakat, dan sebagai tempat bersarangnya lebah madu,serta jumlahnya yang
mulai langka akibat adanya illegal loging.
4.
Teratai Raksasa
Teratai ini berasal dari hutan rawa Amazon. Tanaman ini
memiliki daun lebar bulat dan tebal. Beberapa daun mengapung dan tumbuh dari
bongkol yang sama. Daun mengapung dengan keseimbangan yang baik, bahkan dapat
menampung berat mencapai 25 kg.
5.
Pterocarpus indicus (Kayu Merah)
Kayu merah memiliki ciri khas buah bersayap,
banyak ditanam di tepi jalan, bergetah merah. Pohon ini ditanam pada tahun
1855. Cara memperbanyaknya dengan stek batang. Memiliki sifat tunas, yaitu
mempunyai model yang sama dengan induknya dan langsung mengarah vertikal.
Terjadi grafting root, yaitu penyatuan akar antara 2 akar yang sejenis (di
daerah tropika), untuk mengurangi unsur hara yang tercuci atau dengan kata lain
untuk melindungi unsur hara.
6.
Intsia
Bijuga (Merbau)
Merbau tumbuh di Papua dengan
sebutan kayu besi dan banyak ditebang untuk bahan kontruksi bangunan. Kulit
batangnya mengelupas seperti damar.
7.
Harpulia sphaeroloba
(Harpulia)
Memiliki ciri-ciri, yaitu daunnya majemuk ganda 1,
memiliki buah arillus. Buahnya yang dimakan merupakan arillusnya.
8.
Aglaia
elliptica Blume
Aglaia
merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis sampai iklim sedang dan termasuk
dalam famili Malliaceae. Tanaman aglaia memiliki daerah hidup dengan berbagaia
jenis kondisi tanah dengan ketinggian 0 hingga 2,000 meter diatas permukaan
laut. Tanaman aglaia tumbuh di hutan primer, hutan sekunder, rawa, sisi jalan
maupun bantaran sungai dan tersebar dari India Selatan dan Sri Langka melalui
Myanmar sampai ke Kepulauan Solomon, Fiji dan Samoa. Kawasan Sumatra ditemukan
38 jenisPemanfaatan beberapa jenis Aglaia yang telah dikenal antara lain:
kayunya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, buahnya dapat dimakan, sedang
bunga dari Aglaia odorata dimanfaatkan sebagai teh dan bahan parfum karena
baunya harum. Beberapa jenis Aglaia juga telah dimanfaatkan pada pengobatan
tradisional, antara lain daunnya digunakan untuk mengobati luka, demam, sakit
kepala, asma, dan sebagai tonik setelah melahirkan (Heyne 1987).
9. Eichornia
Crassipes (Eceng Gondok)
Eceng
Gondok yang bahasa latinnya bernama Eichornia Crassipes, merupakan gulma air
yang sering bikin gondok para petani, karena tumbuh di sawah berebut unsur hara
dengan tanaman budidaya (padi). Juga sering bikin kesel petugas ulu-ulu
karena menjadi biang mampet saluran air dan pendangkalan.
10. Teratai
Bunga Merah
Teratai
(Nymphaea) adalah nama genus untuk tanaman air dari suku
Nymphaeaceae.
Dalam bahasa Inggris
dikenal sebagai water-lily atau waterlily. Di Indonesia, teratai
juga digunakan untuk menyebut tanaman dari genus
Nelumbo
(lotus). Pada zaman dulu, orang memang sering mencampuradukkan antara tanaman
genus Nelumbo seperti seroja
dengan genus Nymphaea (teratai). Pada Nelumbo, bunga terdapat di
atas permukaan air (tidak mengapung), kelopak bersemu merah (teratai berwarna
putih hingga kuning), daun berbentuk lingkaran penuh dan rimpangnya
biasa dikonsumsi.
20
Spesies Hewan di Kebun Raya Bogor
Penjelasan
1. Kuau
Kuau adalah unggas
yang tergabung dalam marga Argusianus. Terdapat dua jenis kuau: kuau
raja
(Argusianus argus) dan kuau bergaris
ganda (Argusianus bipunctatus). Keduanya berasal
dari Kepulauan Nusantara.
Kuau bergaris ganda tidak pernah ditemukan di alam, deskripsinya didasarkan
pada sejumlah bulu yang dikirim ke London
dan dipertelakan pada tahun 1871. IUCN memasukkannya dalam status punah.
Burung ini suka hidup di kawasan hutan,
mulai dari dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 1300m di atas
permukaan laut. Penyebaran burung ini adalah di Sumatera dan Kalimantan. Juga
terdapat di Asia Tenggara.Mereka
jarang dijumpai di hutan sekunder dan bekas tebangan sampai ketinggian 1.300
meter dpl. Makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput,
semut dan berbagai jenis serangga. Burung ini juga suka mencari sumber air
untuk minum sekitar jam sebelas siang.
2. Bekantan
Nama ilmiahnya Nasalis larvatus
adalah sejenis monyet
berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu
dari dua spesies
dalam genus
tunggal monyet Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan
dari monyet lainnya adalah hidung
panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan.
Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini
mungkin disebabkan oleh seleksi
alam.
Monyet betina
lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya
inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa
Brunei (kxd) disebut bangkatan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar
dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Monyet
betina berukuran 60 cm dengan berat 12 kg. Spesies ini juga memiliki perut yang
besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan
dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak
gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut
bekantan jadi membuncit.
Bekantan merupakan maskot
fauna provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus
berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan
dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN
Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES
Appendix I.
3. Badak
Jawa
badak bercula-satu kecil
(Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae
dan satu dari lima badak
yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak
india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju
baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih
kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak
hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada
20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu
badak di Asia
yang paling banyak menyebar. Meski disebut "badak jawa", binatang ini
tidak terbatas hidup di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara,
sepanjang Asia Tenggara
dan di India
serta Tiongkok.
Spesies ini kini statusnya sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang
ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan
adalah mamalia
terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon
di pulau Jawa,
Indonesia.
Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional Cat Tien.
4. Trenggiling
Trenggiling biasa
(Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari ordo
Pholidota
yang masih ditemukan di Asia
Tenggara. Hewan
ini memakan serangga
dan terutama semut
dan rayap.
Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling kadang juga
dikenal sebagai anteater.
Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah
yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di
sarangnya. Rambutnya
termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai
berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan
menggulungkan badannya seperti bola.
Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai
kulit pengganggunya.
Trenggiling terancam keberadaannya
akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek perdagangan hewan liar.
5. Luwak
Musang luwak
adalah hewan menyusu (mamalia)
yang termasuk suku musang
dan garangan (Viverridae). Nama ilmiahnya adalah Paradoxurus hermaphroditus
dan di Malaysia dikenal sebagai musang pulut. Hewan
ini juga dipanggil dengan berbagai sebutan lain seperti musang (nama umum, Betawi),
careuh bulan (Sunda), luak atau luwak
(Jawa),
serta common palm civet, common musang, house musang atau toddy
cat dalam bahasa Inggris.
Musang bertubuh sedang, dengan panjang
total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu
kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus.
Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan,
dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur
di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak
begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintik-bintik besar.
Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar di
sebelah tubuhnya.
Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai
hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna
keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah
dahi, dari arah hidung ke atas kepala.
Hewan betina memiliki tiga pasang puting susu.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar